لاَ تُفْرِحُكَ الطَّاعَةُ لأِنَّهَا بَرَزَتْ مِنْكَ، وَافْرَحْ بِهَا لأِنَّهَا بَرَزَتْ مِنَ اللهِ إِلَيْكَ {قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ}
Janganlah suatu ketaatan membuatmu bangga, karena engkau merasa bahwa ketaatan itu muncul darimu. Akan tetapi bergembiralah karena ia muncul dari Allah untukmu. {katakanlah dengan rahmat dan kasih sayang Allah, kalian bergembira. Dan itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan}
Janganlah engkau merasa senang dan berbangga diri atas suatu ketaatan, yang mana engkau merasa bahwa itu muncul dari kekuatan dirimu. Apabila engkau merasakan senang yang seperti ini, maka engkau akan dihinggapi rasa ujub dan sombong, karena engkau merasa bahwa itu semua berkat usaha dan kekuatanmu.
Akan tetapi bergembiralah dengan ketaatanmu karena engkau menyadari bahwa itu semua berkat taufiq, fadlol, dan kasih sayang Allah kepadamu.
Allah berfirman,
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
Allah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian lakukan. (QS. As-Shoofat: 96).
Sesungguhnya hikmah ini disandarkan pada ayat al-Qu’an yang berbunyi, “katakanlah!, dengan rahmat dan fadlol (kemuliaan) Allah, hendaknya mereka bergembira. Dan hal ini lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Syekh Abdul Majid, Syarhu Kitabil Hikam