Pada suatu hari -tepatnya tahun 1980- Abuya mengajak santrinya dalam jumlah banyak untuk berziarah ke Makam Rasulullah SAW di Madinah Al-Munawarah. Selama berada di Madinah, Abuya dan para santrinya tinggal di apartemen miliknya di dekat Masjid Nabawi -Syaqqah Al-Bukhari-.
Setelah berada di Madinah selama beberapa hari, mereka akhirnya pulang ke Mekkah. Abuya dengan kendaraan sendiri, sementara para santri berada dalam satu bus. Ketika sampai di pertengahan jalan -kira-kira 80 km dari Mekkah- bus yang ditumpangi para santri mengalami kecelakaan yang menewaskan 11 santri, inna lillahi wa inna ilahi raaji’uun. Bus itu bertabrakan dengan sebuah truk gandeng yang memuat barang-barang material.
Peristiwa itu sangat membuat Abuya terpukul hingga beliau diliputi perasaan sedih yang mendalam. Ia merasa bersalah terutama kepada para wali santri korban kecelakaan. Kesedihannya semakin dalam ketika banyak orang-orang wahabi yang menari-nari di atas penderitaan Abuya. Itulah cobaan Sang Wali Allah yang harus dihadapi dengan kesabaran tinggi.
Namun, Allah tidak akan membiarkan kekasih-Nya berlama-lama dalam kesedihan. Tiga hari setelah peristiwa itu, datanglah seseorang dari Irak yang membawa bisyarah (kabar gembira). Intinya, kedatangannya pertama untuk mengucapkan bela sungkawa dan turut berduka atas musibah yang telah menimpa Abuya dan para santrinya, dan yang kedua ia membawa bisyarah bahwa ia bermimpi berjumpa dengan paman Nabi Muhammad SAW -Hamzah bin Abdul Muthalib-.
Hamzah berkata padanya, “pergilah ke Mekkah, temui As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki. Katakanlah padanya bahwa titipan yang 11 itu telah sampai, dan mereka semua telah berada di sisiku”. MasyaAllah.
Tentu bisyarah itu sangat membuat senang hati Abuya, para santri, dan terutama para wali santri korban kecelakaan. Alhamdulillah.
Musthofa Husain Al-Jufri, Al-Injaz fii karamati fakhril hijaz
Subhanallah…
SukaSuka